Penularan penyakit terutama pada infeksi menular seksual kini sudah sangat memprihatinkan, perilaku tersebut didapatkan akibat dari beberapa factor pencetus dan memberikan pandangan atau pilihan dalam melakukan sebuah keputusan yang akan diambil sebagai bagian dari kehidupannya. Ada berbagai macam asumsi dalam menurunkan angka kesakitan yang disebabkan oleh virus tertentu yang berdampak menyebabkan penularan dari yang terjangkit, hal ini pun kondom memang bukan suatu alternatif terbaik melainkan perubahan perilaku berisiko tersebut yang akan diubah, namun mengingat perubahan perilaku tidak semudah membalikan telapak tangan. Sehingga hal ini pun penulis memberikan asumsi apakah kondom memberikan efek signifikan dalam pencegahan penularan infeksi tapi hal ini pun didorong pada sikap atas kepatuhan penggunaan kondom yang konsisten.
Kondom bagian dari salah satu metode dalam pencegahan kehamilan atau penularan penyakit kelamin pada saat melakukan hubungan seksual, yang berupa alat berbentuk selubung atau sarung karet. Kondom terbuat dari bahan latex karet yang dimana akan dipakai pada alat kelamin pria dan wanita dalam keadaan ereksi sebelum melakukan hubungan intim. Kondom bukan sebagai jamin dalam memberikan rasa aman dan nyaman dalam melakukan kegiatan tersebut serta kondom bukan sebagai jaminan yang aman dalam mencegah penularan penyakit Infeksi Menular Seksual, melainkan penulis disini memberikan edukasi berkaitan dengan kondom dan kegunaannya.
Cara Kerja Kondom :
- Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telurdengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yangdipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.
- Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBVdan HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).
Jenis–Jenis Kondom
Kondom Laki–laki
Kondom merupakan sarung dari latex yang tipis, digunakan pada penis ketika mlakukan hubungan sexual. Kondom berguna untuk mengumpulkan semen sebelum, selama dan sesudah ejakulasi dan menghalangi sperma memasuki vagina. Pemakaian kondom dengan benar dan sesuai anjuran dapat mencegah risiko penularan penyakit infeksi menular seksual dan dapat juga digunakan dalam metode Keluarga Berencana.
Semangkin beredarnya kondom yang dapat dijumpai hamper disetiap pusat perbelanjaan hal tersebut dapat tercermin dalam semangkin mudahnya sarana dalam mendapatkan kondom, jika kita berbicara kondom maka fikiran kita adalah melakukan hubungan intim secara tak resmi, namun pendapat tersebut salah mengingat kondom adalah bagian dari salah satu pencegahan kehamilan. Kondom yang dibuat di pabrik yang berstandar memiliki struktur, keadaan, warna hingga lebar dan panjangnya pun berbeda-beda. Melihat dari penjualan kondom semangkin tinggi pabrik memberikan inovasi berupa aroma dan pada umumnya ada 2 bentuk kondom yang sering dijumpai yaitu mempunyai pinggang yang lurus (straight-sided), mempunyai diameter yang sama pada kedua ujung dan bentuk yang mengepas (contoured), mempunyai bentuk yang hampir sama dengan straight-sided tetapi lebar untuk kepala dari penis lebih kecil. Bentuk yang ketiga yaitu meruncing dari ujung yang tertutup dengan diameter yang lebih kecil dari bagian yang terbuka. Bentuk yang keempat yaitu adanya bulatan pada ujung dari bagian yang tertutup.
Kebanyakan kondom latex mempunyai ketebalan antara 0,01-0,09 mm. Buatan Amerika Serikat pada umumnya 0,03-0,07 mm, sedangkan buatan Jepang ketebalannya 0,01-0,03 mm. Lebar dari kondom jika dikembangkan (berhubungan diameter), mempunyai range antara 47-55 mm dan ukuran yang sering digunakan yaitu 52 mm. Kondom latex mempunyai panjang dengan range 160-210 mm dan ukuran yang sering digunakan antara 170-190 mm
Kondom Perempuan
Kondom perempuan berbentuk kantung, tabung silinder, yang tergantung longgar saat terpasang di vagina, dengan bahan yang tipis, transparan, panjang 17 cm, diameter 6-7.cm. Bersifat elastis dan fleksibel, sehingga mudah mengikuti kontur vagina. Terdapat dua cincin di kedua ujungnya, di bagian dalam berfungsi saat memasukkan kedalam vagina, dan bagian ujung luar yang berfungsi menahan bagian luar. Terdapat lubrikan di sisi dalam dan luar kondom. Pada ujung bagian dalam terdapat busa/spons yang berfungsi menyerap sperma. Biasanya berwarna cerah seperti merah jambu atau bening. (19)
Penelitian menunjukkan bahwa kondom perempuan minimal memerlukan tiga kali percobaan sebelum pemakai percaya diri menggunakannya. Pengguna diharapkan mencoba untuk memasang dan melepaskannya dulu dengan berbagai posisi tubuh sehingga menemukan posisi yang paling nyaman, dan dilakukan sebelum saat berhubungan yang sesungguhnya. Konselor harus meyakinkan bahwa semakin lama dan sering menggunakan, proses akan menjadi lebih mudah.
Beberapa laporan menyebutkan adanya peningkatan sensitivitas jika dibandingkan penggunaan kondom laki-laki. Dapat digunakan dengan menambahkan lubrikan berbasis air ataupun minyak, dengan kualitas bahan dasar poliuretan yang lebih kuat daripada latex pada kondom laki-laki, dan tidak menyebabkan reaksi alergi. Walaupun belum ada studi khusus tentang keefektifannya terhadap pecegahan penularan HIV, data yang ada menunjukkan setidak-tidaknya mempunyai keefektifan yang sama dengan kondom laki-laki.
Kondom perempuan dapat digunakan oleh perempuan yang peduli akan kesehatan reproduksi dan ingin melindungi diri dan pasangannya dari IMS, menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, saat menstruasi, baru melahirkan, pasca histerektomi, peri dan pasca menopause, alergi lateks (untuk kondom dari poliuretan), alergi nonoxynol-9 spermisid, dan jika yang bersangkutan atau pasangannya menderita HIV
Kondom wanita adalah jondom yang dirancang khusus untuk digunakan oleh perempuan, berbentuk silinder yang dimasukkan ke dalam alat kelamin atau kemaluan wanita. Kondom wanita berfungsi untuk mencegah kehamilan dan mengurangi resiko penyakit menular seksual. Kondom wanita memiliki dua ujung di mana ujung yang satu yang dimasukkan ke arah rahim tertutup dengan busa untuk menyerap sperma dan ujung yang lain ke arah luar terbuka.
Kondom dan Penggunaan Kondom Secara Konsisten
Secara universal pencegahan HIV mengenal tiga strategi umum yang diformulasikan sebagai startegi ABCDE. A adalah Abstinance atau tidak melakukan hubungan seks sama sekali sebelum menikah, B adalah Be Faitful atau Setia alias saling setia dengan satu pasangan, C adalah Condom alias menggunakan kondom secara konsisten pada setiap hubungan seks beresiko, D adalah Don’t use Drug tidak menggunakan narkoba suntik, E adalah Education yaitu pemberianpendidikan, apabila strategi A dan B tidak sesuai atau gagal dilakukan. Maka strategi C yaitu penggunaan condom secara konsisten digunakan untuk pencegahan penularan HIV melalui transmisi seksual.
Strategi ABCDE digunakan untuk segmen populasi yang berbeda. Umumnya strategi A dipromosikan kepada remaja atau orang muda yang belum aktif secara seksual. Sementara bagi mereka yang telah mempunyai pasangan tetap disarankan untuk melakukan startegi B. Strategi C digunakan bagi mereka yang mempunyai pasangan seks lebih dari satu atau sering berganti-ganti pasangan seksual seperti wanita pekerja seks. Segmen populasi ini biasanya disebut MARP (most-at risk populations) atau populasi paling beresiko terhadap penularan HIV. Beda segmen beda strategi.
MARP untuk setiap regional atau negara bisa berbeda. Untuk konteks Indonesia MARP termasuk(14): a) pekerja seks perempuan, b) lelaki yang berhubungan seks dengan lekaki (LSL), c) waria, d) laki-laki klien pekerja seks, dan e) injecting drug user. KPA memasukkan kelompok-kelompok tersebut sebagai MARP atas dasar fakta bahwa epidemi HIV di Indonesia memang digerakkan oleh perilaku beresiko pada populasi tersebut. MARP inilah yang mengontrol jalannya epidemi HIV di Indonesia. Sebagaian besar penularan HIV terjadi diantara MARP ini yang membuat Indonesia termasuk dalam kategori concentrated level epidemic country.
Efektifitas kondom sebagai alat pencegahan HIV menurut beberapa studi mencapai 98,7%.namun cara penyimpanan yang tidak tepat, kegagalan negosiasi dengan klien dan cara penggunaan yang tidak benar dapat mengurangi efektivitas kondom sebagai alat pencegah penularan HIV. Kondom telah dikenal luas sebagai metode dual protection, mencegah kehamilan dan mencegah penularan HIV. Dalam konteks program pencegahan HIV, penggunaan kondom secara konsisten menjadi salah satu indikator pencegahan HIV, penggunaan kondom secara konsisten menjadi salah satu indikator outcome yang penting. Peningkatan penggunaan kondom secara konsisten bagi MARP diasumsiakn akan menurunkan inseden baru infeski HIV dan dalam jangka panjang menahan laju epidemi HIV.Penggunaan kondom secara konsisten yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penggunaan kondom dalam setiap hubungan seks yang dilakukan dalam setiap transaksi seksual.
Jadi dapat dikatakan bahwa salah satu indikator perubahan perilaku terpenting dalam hampir semua Intervensi Perubahan Perilaku (IPP) untuk pencegahan HIV adalah peningkatan penggunaan kondom secara konsisten pada setiap hubungan seks beresiko. Hubungan seks beresiko adalah hubungan seks penetratif yang berganti-ganti pasangan dan tidak menggunakan pengaman atau kondom. Penggunaan kondom adalah barrier method untuk mencegah terjadinya pertukaran cairan.
Sebagai bagian dari pemberian sumber informasi yang bersifat aktif, saya sebagai punulis memberikan pesan kepada pembaca agar selalu berperilaku positif dengan mengedepankan peningkatan pengetahuan dan ilmu agama sebagai bagian dari pengambilan keputusan dalam berperilaku yang baik. Ada hal yang sangat riskan dalam kehidupan kita mengingat semangkin banyaknya para penjaja seksual maka tingkatkan keilmuan sebelum melangkah dalam mengambil sebuah keputusan.
Referensi
- KPA Nasional. Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS 2007-2010, www.aidsindonesia.or.id.
- BBKBN dan Kemenkes RI. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan. 2012
- Lubis, Ramona Dumasari. Penggunaan Kondom. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedoteran Universitas Sumatra Utara. 2008
- Septi Kurniawati. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kader Wanita Pekerja Seks Dalam Upaya Menggerakan Pemakaian Kondom Secara Konsisten Di Lokalisasi Kabupaten Banyuwangi (Thesis). Universitas Diponegoro. Semarang